Pemikiran Ekonomi Struktural dalam Ekonomi Politik Internasional

 


Disusun Oleh :
- Anggi Koenjaini Putri
- Dhania Aisyah Aurella 
-Nurul Azizah Salma 
- Thorik Khaikal Fajry 

 

Pendahuluan

            Perspektif strukturalisme atau marxis merupakan salah satu perspektif yang sangat berpengaruh dalam dinamika ekonomi politik internasional sampai saat ini. Walaupun para pemikir utama dari teori ini yaitu Karl Marx   dan Engels telah tiada, namun pemikirannya masih terus bertahan sampai saat ini. Teori-teori yang mengadopsi gagasan-gagasan Karl Marx seperti perjuangan kelas, eksploitasi, imperialisme, dan lain sebagainya masih menjadi alat analisis yang penting dalam studi ekonomi politik internasional  (Bakry, 2015). Hal ini yang mendasari berbagai gejolak didalam masyarakat internasional khususnya kaum buruh yang sering di interpretasikan sebagai kaum proletar melawan struktur kapitalis yang dinilai sangat ekpoitatif yang diterapkan oleh kaum pemilik modal yang disebut sebagai kaum borjuis. Lebih lanjut menurut Bakry (2015) berpendapat bahwa, banyak dari para pemikir strukturalis modern yang menyayangkan mengapa teori-teori EPI yang lain cenderung mengucilkan dan mengabaikan pandangan-pandangan dari Karl Marx dan pengikutnya. Padahal kenyataannya banyak isu dalam EPI yang tidak dapat dipahami atau dapresiasi lengkap tanpa mempertimbangkan pemikiran Marx dan perspektif-perspektif strukturalis yang lebih baru. 

Isu Strukturalisme dalam EPI

            Isu strukturalis dalam EPI lebih membahas mengenai kritik akan kapitalisme. Kapitalis sendiri selalu bersifat ekspansif yang cakupannya tidak terbatas pada negara-negara saja, namun secara global. Wallerstein dalam Jackson dan Sorensen ( 2013) berpendapat bahwa mekanisme dasar ekonomi dunia yang kapitalis adalah adanya pengambilan nilai surplus yang berlebihan yang dilakukan pemilik terhadap buruh kerja dan pengambilan surplus dari ekonomi dunia secara keseluruhan. Dalam hal ini menyebabkan adanya ketidaksetaraan antara negara-negara pemilik modal dengan negara-negara berkembang sehingga memunculkan apa yang dinamakan teori dependensi dalam keterbelakangan. Tidak semua negara mengalami apa yang disebut keterbelakangan karena keterbelakangan sendiri merupakan hasil dari proses kerangka kerja kapitalis global di negara-negara berkembang. Kuatnya perkembangan kapitalis mengakibatkan negara-negara mengalami kemiskinan. Satu sisi kapitalis menguntungkan dan menghasilkan kekayaan, namun juga memberikan keterpurukan dan keterbelakangan di negara-negara berkembang  (Jackson, 2013).

Selain itu, Cox ( 2002) mendeskripsikan teori tentang struktur sejarah yang dibagi dalam tiga level yaitu kekuatan sosial, bentuk negara, dan tatanan dunia. Maksud dari ketiganya adalah kekuatan sosial diidentifikasikan sebagai proses produksi kapitalis yang berkembang saat ini. Bentuk negara menunjukkan bagaimana negara berinteraksi dan tindakannya akibat dari kekuatan sosial kapitalis yang ada. Dan tatanan dunia menjelaskan tentang hubungan antara ngara-negara berkekuatan besar dan kelompok negara. Strukturalis dalam EPI melihat bagaimana sejarah ekspansi kapitalis secara global, perjuangan antara kelas dan negara yang telah memberikan peningkatan di seluruh dunia, dan bagaimana transformasi revolusioner dunia itu mungkin terjadi  (Jackson, 2013)

Aktor ekonomi struktural dalam EPI

Aktor atau unit utama ekonomi struktural dalam Epi yakni persaingan antar kelompok individu khususnya pemilik modal produk atau produksi (kelas borjuis) dan pekerja (kelas proletar). Dalam hal ini negara biasanya bertindak untuk mendukung pemilik modal, dalam sistem kapitalis terhadap hubungan yang bersifat eksploitatif dan ketidakadilan antara pemilik modal dan pekerja antara negara-negara maju (centre) dan negara-negara yang sedang berkembang (periphery). Dalam karya Cox & Schechter (2002) yang terinspirasi pemikiran Antonio Gramsci bahwa stabilitas dan legitimasi masih bergantung pada seperangkat ide yang disepakati dan diterima luas oleh negara-negara dan masyarakat sipil (Civil Society) pada umumnya. Blok hegemonis mendasari sistem internal yang tidak hanya bertumpu pada kekuatan ekonomi (kapitalis) dan politik negara namun juga mencakup unsur kunci dari masyarakat sipil.

Kaum strukturalis melihat adanya eksploitasi yang sistematis pada struktur EPI yakni dalam struktur produksi, struktur keuangan, struktur keamanan dan struktur pengetahuan. Posisi suatu negara dalam hubungan internasional sangat bergantung pada akses mereka yang memiliki modal produksi, modal keuangan, sumber-sumber keamanan dan perkembangan teknologi  (Strange, 1994). Dalam Jason & Sorensen ( 2013) tatanan dunia dalam ekonomi strukturalis mengacu pada organisasi hubungan internasional yang ada sekarang, termasuk hubungan antar negara besar dan kelompok-kelompok negara, status hukum internasional dan institusi internasional.

Asumsi dasar

Kaum strukturalis mempercayai bahwa tingkah laku negara bertujuan untuk mendukung pemilik modal. Dalam sistem kapitalis terdapat hubungan yang bersifat eksploitatif dan ketidakadilan (inequality) antara pemilik modal dan pekerja, termasuk antara negara-negara maju (centre) dengan negara-negara berkembang (periphery). Hal ini yang menyebabkan terjadinya zero sum game antara pemilik modal dengan pekerja, dan antara negara maju dengan negara berkembang  (Bakry, 2015).

Kapitalisme bertransformasi dalam sifat kapitalisnya dan dalam perkembangan sejarah. Kapitalisme bertansformasi menjadi lebih bersemangat, secara teknologi, dan semakin global dan sistem terbuka. Akumulasi kapital mendorong negara untuk melakukan kolonialisasi. Kemudian kapitalisme berubah menjadi imperialisme. Kolonial imperialisme adalah hal yang dibutuhkan dalam kapitalisme maju. Akuisisi koloni memungkinkan ekonomi kapitalis untuk membuang barang-barang yang tidak dikonsumsi untuk memperoleh sumber daya yang murah dan untuk memanfaatkan surplus ekonomi mereka. Seiring berjalannya waktu ekonomi kapitalis mulai didominasi oleh industri besar yang dikendalikan oleh bank-bank besar (haut finance). Investasi luar negri dan keuangan internasional telah mengubah hubungan ekonomi dan politik diantara masyarakat. Eksploitasi koloni kemudian membuat surplus ekonomi dimana kapitalis dapat membeli kepememimpinannya (labor aristocracy) terhadap proletar mereka  (Gilpin, 1987).

Lenin dalam Giplin (1987) berpendapat bahwa kapitalisme internasional mengembangkan dunia, namun dalam pengembangannya tidak merata. Karena perkembangan ekonomi kapitalis dan akumulasi kapital pada tingkat yang berbeda menyebabkan kapitalis internasional menjadi tidak stabil dan tidak akan bertahan pada waktu yang lama. Kontradiksi kapitalis yang mengembangkan dunia dan menanam benih politik menyebabkan kehancuran pada mereka sendiri dengan menyebarkan teknologi, industri, dan kekuatan militer yang kemudian menyebabkan konflik kelas pada era moderen yang menyebabkan terjadinya revolusi sosialis yang kemudian menciptakan masyarakat dan sistem ekonomi sosialis.

Kesimpulan

            Pada dasarnya, kaum strukturalis mengkritik bagaimana kapitalisme yang didukung oleh negara dalam ekskalasi EPI telah menimbulkan akibat dari hubungan yang bersifat eksploitatif yang dijalani oleh negara-negara tersebut. Sebagai contoh di negara maju, sektor industri yang dikelola para pemilik modal mencapai surplus ekonomi dan mendominasi pasar dengan menjual barang hasil olahan, berbanding terbalik dengan negara-negara berkembang yang menyediakan pekerja yang seolah ‘dipaksa‘ untuk memenuhi kebutuhan dasar dan membeli kembali barang dari mereka yang sudah diolah dengan harga yang lebih mahal. Konsep ini berakar dari buah pemikiran Marx yang menganggap faktor-faktor ekonomi merupakan driving force dalam sejarah. Inti dari kekuatan ekonomi tersebut mencakup jumlah ketersediaan modal atau alat-alat produksi yang kemudian membentuk kekuatan pendorong dalam EPI berdasarkan struktur ekonomi nasional dan internasional karena economics determine politics. Oleh karena itu kaum strukturalis menilai bahwa sejarah akan selalu diwarnai dengan struggle antar kelas-kelas borjuis dan proletar yang saling beroposisi yang berakar dari struktur ekonomi yang ada saat ini.

 

Referensi :

Bakry, U., 2015. Ekonomi Politik Internasional : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cox, R. a. S. M. 2002. The Political Economy of Plural World Critical Reflections on Power, Morals and Civilization. New York: Routledge.

Gilpin, R., 1987. The Political Economy of International Relations. New Jersey: Princeton University Press.

Jackson, R. &. S. G., 2013. Introduction To International Relations : Theories And Approaches. fifth ed. New York: Oxford Univerisity Press Inc.

Strange, S. 1994. State and Market. London: Continuum Publishing.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wujud Bela Negara Ketika Pandemi Melanda

Urgensi bela negara bagi pemuda Indonesia menjelang bonus demografi

Apa Itu Bela Negara dan Peran Generasi Muda Dalam Bela Negara