Pemikiran Ekonomi Struktural dalam Ekonomi Politik Internasional
- Dhania Aisyah Aurella
Pendahuluan
Perspektif strukturalisme atau marxis
merupakan salah satu perspektif yang sangat berpengaruh dalam dinamika ekonomi
politik internasional sampai saat ini. Walaupun para pemikir utama dari teori
ini yaitu Karl Marx dan Engels
telah tiada, namun pemikirannya masih terus bertahan sampai saat ini.
Teori-teori yang mengadopsi gagasan-gagasan Karl Marx seperti perjuangan kelas,
eksploitasi, imperialisme, dan lain sebagainya masih menjadi alat analisis yang
penting dalam studi ekonomi politik internasional
Isu Strukturalisme dalam EPI
Isu strukturalis dalam EPI lebih
membahas mengenai kritik akan kapitalisme. Kapitalis sendiri selalu bersifat
ekspansif yang cakupannya tidak terbatas pada negara-negara saja, namun secara
global. Wallerstein dalam Jackson dan Sorensen
Selain itu, Cox
Aktor ekonomi
struktural dalam EPI
Aktor atau unit utama ekonomi struktural dalam Epi yakni
persaingan antar kelompok individu khususnya pemilik modal produk atau produksi
(kelas borjuis) dan pekerja (kelas proletar). Dalam hal ini negara biasanya
bertindak untuk mendukung pemilik modal, dalam sistem kapitalis terhadap
hubungan yang bersifat eksploitatif dan ketidakadilan antara pemilik modal dan
pekerja antara negara-negara maju (centre)
dan negara-negara yang sedang berkembang (periphery).
Dalam karya Cox & Schechter (2002) yang terinspirasi pemikiran Antonio
Gramsci bahwa stabilitas dan legitimasi masih bergantung pada seperangkat ide
yang disepakati dan diterima luas oleh negara-negara dan masyarakat sipil (Civil Society) pada umumnya. Blok
hegemonis mendasari sistem internal yang tidak hanya bertumpu pada kekuatan
ekonomi (kapitalis) dan politik negara namun juga mencakup unsur kunci dari
masyarakat sipil.
Kaum strukturalis melihat adanya eksploitasi yang
sistematis pada struktur EPI yakni dalam struktur produksi, struktur keuangan,
struktur keamanan dan struktur pengetahuan. Posisi suatu negara dalam hubungan
internasional sangat bergantung pada akses mereka yang memiliki modal produksi,
modal keuangan, sumber-sumber keamanan dan perkembangan teknologi
Asumsi dasar
Kaum
strukturalis mempercayai bahwa tingkah laku negara bertujuan untuk mendukung
pemilik modal. Dalam sistem kapitalis terdapat hubungan yang bersifat
eksploitatif dan ketidakadilan (inequality) antara pemilik modal dan pekerja,
termasuk antara negara-negara maju (centre) dengan negara-negara berkembang
(periphery). Hal ini yang menyebabkan terjadinya zero sum game antara pemilik
modal dengan pekerja, dan antara negara maju dengan negara berkembang
Kapitalisme
bertransformasi dalam sifat kapitalisnya dan dalam perkembangan sejarah.
Kapitalisme bertansformasi menjadi lebih bersemangat, secara teknologi, dan
semakin global dan sistem terbuka. Akumulasi kapital mendorong negara untuk
melakukan kolonialisasi. Kemudian kapitalisme berubah menjadi imperialisme.
Kolonial imperialisme adalah hal yang dibutuhkan dalam kapitalisme maju.
Akuisisi koloni memungkinkan ekonomi kapitalis untuk membuang barang-barang
yang tidak dikonsumsi untuk memperoleh sumber daya yang murah dan untuk
memanfaatkan surplus ekonomi mereka. Seiring berjalannya waktu ekonomi
kapitalis mulai didominasi oleh industri besar yang dikendalikan oleh bank-bank
besar (haut finance). Investasi luar negri dan keuangan internasional
telah mengubah hubungan ekonomi dan politik diantara masyarakat. Eksploitasi
koloni kemudian membuat surplus ekonomi dimana kapitalis dapat membeli
kepememimpinannya (labor aristocracy) terhadap proletar mereka
Lenin dalam
Giplin
Kesimpulan
Pada dasarnya, kaum strukturalis mengkritik
bagaimana kapitalisme yang didukung oleh negara dalam ekskalasi EPI telah
menimbulkan akibat dari hubungan yang bersifat eksploitatif yang dijalani oleh
negara-negara tersebut. Sebagai contoh di negara maju, sektor industri yang dikelola
para pemilik modal mencapai surplus ekonomi dan mendominasi pasar dengan
menjual barang hasil olahan, berbanding terbalik dengan negara-negara
berkembang yang menyediakan pekerja yang seolah ‘dipaksa‘ untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan membeli kembali barang dari mereka yang sudah diolah dengan
harga yang lebih mahal. Konsep ini berakar dari buah pemikiran Marx yang
menganggap faktor-faktor ekonomi merupakan driving force dalam sejarah.
Inti dari kekuatan ekonomi tersebut mencakup jumlah ketersediaan modal atau
alat-alat produksi yang kemudian membentuk kekuatan pendorong dalam EPI
berdasarkan struktur ekonomi nasional dan internasional karena economics
determine politics. Oleh karena itu kaum strukturalis menilai bahwa sejarah
akan selalu diwarnai dengan struggle antar kelas-kelas borjuis dan
proletar yang saling beroposisi yang berakar dari struktur ekonomi yang ada
saat ini.
Referensi :
Bakry, U., 2015. Ekonomi Politik Internasional :
Suatu Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cox, R. a. S. M. 2002. The Political Economy of Plural World Critical Reflections on Power,
Morals and Civilization. New York: Routledge.
Gilpin, R., 1987. The
Political Economy of International Relations. New Jersey: Princeton
University Press.
Jackson, R. &. S.
G., 2013. Introduction To International Relations : Theories And
Approaches. fifth ed. New York: Oxford Univerisity Press Inc.
Strange, S. 1994.
State and Market. London: Continuum Publishing.
Komentar
Posting Komentar