Pahlawan Fonsia
Oleh : Erwin Cahya Nugraha Dalam sebuah aula yang gelap dan kelam. “Argh! Aku, aku tidak yakin dapat menahan lebih banyak serangan lagi!” Teriakku. “T-Tunggu saja! Pertahankan strategi yang sudah direncanakan!” Jawab Awan. Sosok raksasa bertanduk itu tertawa terbahak-bahak seraya kami berjuang untuk mendaratkan serangan. Sambil menghindar, raksasa itu terus merapalkan mantra bola api dan melemparkannya pada kami. “Hmmm. Kedua senjata pusaka Fonsia. Memang, bilahnya dapat menembus kulitku. Namun, kalian tidak memiliki peluang membunuhku! Ahahaha! Aku akan tetap menghindar dan mengubah kalian menjadi arang dengan serangan bola api yang bertubi-tubi!” Teriak Sang Raja Iblis. Beberapa minggu sebelumnya. Namaku adalah Awan. Temanku yang terlalu santai di sebelah sana adalah Anon. Kemarin, Anon mengundangku ke rumahnya untuk menunjukkan sebuah “temuan” ajaib; sebuah kantong permen yang didapatnya dari menolong seorang kakek tua. Dari penuturan kakek ...